Rabu, 18 November 2015

Musik Dalam Sejarah Gereja

Musik menyentuh sampai kedalaman jiwa manusia. Bahkan seseorang yang tidak pernah mau untuk mendengarkan orang berkhotbah, akan menjadi tertarik ketika mendengar sebuah lagu dalam bahasanya sendiri, apalagi bila dimainkan dalam musik khas daerahnya – dan lagu-lahu seperti itu dapat menjadi sarana bagus untuk menyampaikan kebenaran rohani.

Musik adalah sarana penting untuk memberitakan injil. Jika kita menyelidiki Alkitab dan sejarah akan didapatkan bahwa pelayanan yang menonjol adalah pelayanan dalam bidang paduan suara. Dalam Alkitab dapat dibaca bahwa pelayan musik di bait Allah didominasi oleh paduan suara. Hal ini dapat kita temukan pada nyanyian para malaikat dihadapan tahta Allah, paduan suara yang memuji Allah atas kelahiran Kristus, dan dalam kitab Wahyu, paduan suara merupakan musik yang paling dominan. Dalam sejarah peranan paduan suara ini sangat menonjol, dan seharusnya pada masa kini juga.

Dari penyelidikan tentang musik dalam Alkitab kita mengetahui bahwa musik Kristen pasti menerima pengaruh dari musik Yahudi. Dari sejarah kita temukan bahwa musik mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan umat Kristen yang mula-mula. Pada masa penganiayaan di mana mereka tidak dapat mendengarkan Firman Tuhan, hanya puji-pujian yang mereka naikkan yang dapat memberi kekuatan.

Perubahan besar terjadi ketika Kaisar Constantine menyatakan bahwa agama kristen menjadi agama resmi negara. Peranan Gereja semakin menonjol, segala sesuatu berada di bawah kontrol gereja. Sehingga musik pada masa kini lebih bersifat doktrinal.

Sampai dengan masa Reformasi, musik hanya untuk golongan elite atau orang kaya saja. Rakyat atau jemaat biasa tidak dapat terlibat didalamnya, bahkan hanya untuk mendengarkan saja tidak bisa. Martin Luther dapat disebut sebagai pendobrak dalam hal ini. Dialah yang mula-mula mengajak jemaat dan rakyat untuk terlibat dalam musik. Dengan semangat yang menyala-nyala Luther memimpin pengikutnya dengan nyanyian-nyanyian yang dapat dimengeti oleh mereka, tentunya dengan bahasa asal mereka.

Meskipun John Calvin tidak menyukai pemakaian alat-alat musik untuk ibadah, ia mengakui pengaruh yang kuat dari musik terhadap manusia. Sehingga ia menciptakan sebuah formula untuk musik yang sangat baik untuk diperhatikan:
  1. Musik adalah untuk jemaat, jadi harus sederhana
  2. Musik itu untuk Allah, jadi harus menunjukan kesungguhan
  3. Kedua hal tersebut akan lebih baik jika dilakukan tanpa memakai iringan musik agar mencapai hasil yang baik

Pada masa reformasi mulailah penyusupan unsur-unsur lagu rakyat kedalam musik gereja dan rupanya hal ini tidak mengganggu pelayanan musik, justru memberikan sokongan. Sebab musik secamam inilah yang dimengerti oleh jemaat. Melodi yang manis telah memikat para pendengar ataupun penyanyinya, tanpa harus mengganggu unsur theologia yang terdapat didalamnya. Sesudah masa reformasi, rupanya perkembangan musik beralih ke benua Amerika. Great Awakening yang dipimpin oleh George Whitefield dan Jonathan Edwards telah memberikan saham utama bagi perkembangan musik gereja di benua Amerika. Era ini menghasilkan nyanyian yang bersifat spontan, bebas, tetapi sederhana dan emosional. Rupanya pengaruh nyanyian negro (negro spiritual) yang menjadi ciri nyanyian para budak ini sangat besar.
Saat ini pelayanan musik gerejawi bukanlah monopoli sidang jemaat saja, tetapi juga bagi mereka yang mempunyai pendidikan formal dalam bidang musik. Musik gereja telah menjadi arena persaingan bagi banyak artis kristen. Unsusr pemujaan dan ibadah kepada Allah telah luntur. Ia telah menjadi semacam atraksi hiburan. Musik dalam jemaat telah kehilangan gairah. 
Jadi yang diperlukan gereja bukan sekedar seorang pemimpin paduan suara saja, tetapi seseorang yang berbeban untuk mengurus persoalan musik di dalam gereja. hanya dengan cara inilah pelayanan musik gereja akan dirasakan manfaatnya. 
Musik adalah dari Allah dan untuk dikembalikan kepada Allah. Oleh sebab itu kita harus meninjau apa yang patut kita kerjakan agar musik menempati porsi yang benar. Musik merupakan seni. Dan harus diingat bahwa seni itu selalu mencari bentuk-bentuk yang baru. Untuk memilih musik yang cocok bagi suatu acara, perlu banyak diselidiki dan digumuli. Jangan memilih musik hanya yang sesuai dengan selera sendiri.
Ingat! Pemimpin musik mempunyai kuasa untuk menentukan jenis musik yang akan dipakai. Dan semua orang yang terlibat dalam pelayanan musik dalam gereja harus ingat bahwa mereka melayani Allah. Soli deo gloria.
(Welly W., 2008 - Institut Theologia Aletheia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar