Musik
gereja adalah musik yang berkembang
di kalangan Kristen (juga pada zaman sebelum kekristenan), terutama dilihat dari penggunaannya
dalam ibadah gereja. Sebenarnya musik di gereja merupakan ungkapan isi hati
orang percaya (Kristen) yang diungkapkan dalam bunyi-bunyian yang bernada dan
berirama secara harmonis, yang dikemas dalam bentuk lagu dan nyanyian. Sama
dengan musik secara umum, mempunyai dua unsur musik yaitu vokal dan
instrumental. Kedua unsur tersebut harus diperhatikan dan secara khusus dalam
bermusik di gereja dengan makna teologis dan berkenan dengan iman umat, dua hal
itu sangat penting untuk disajikan secara tepat agar umat mampu menghayati
imannya dengan bantuan musik.
Musik dengan bergulirnya waktu
pastilah akan terus berkembang dan akan muncul berbagai genre, hal ini sama
halnya jika kita mengikuti perkembangan musik yang ada di dalam gereja pada
saat ini. Lagu yang terus berkembang di gereja pada ini adalah lagu kontemporer
dan ternyata hal ini tidak hanya muncul pada gereja kharismatik saja tetapi
juga terjadi pada gereja Injili ataupun Reformed. Hal ini bisa kita sebut sebagai suatu tren, tetapi
kita bisa memandangnya juga sebagai sesuatu yang alamiah.
Pasti timbullah sebuah pertanyaan, mengapa lagu kontemporer (yang usianya belum mencapai 50
tahun) dan bukannya lagu himne (yang usianya sudah mencapai 100 tahun atau
bahkan lebih)? Sebenarnya sangatlah sederhana jawaban dari pertanyaan itu,
kembali lagi pada sejarah musik gereja, memang keadaan masyarakat gereja tidak
dapat dilepaskan dari konteks budaya setempat. Dahulu orang Kristen hanya
mengenal musik dan lagu pujian hasil karya bangsa Barat, namun setelah terjadi banyak
kebangunan rohani dan setiap orang Kristen, terlebih lagi di Indonesia, mulai
menggubah lagu-lagu pujian yang indah dan yang dirasa cocok dengan budaya,
pengalaman dan yang mudah mereka serap. Menurut saya “Why not?”, hal ini boleh
saja asal benar, indah, cocok dan saya percaya musiknya pun akan tersaring
sendiri dengan situasi jemaat.
Muncul sebuah pertanyaan kembali,
apakah nantinya lagu himne akan ditinggalkan? Menurut pengamatan saya tidak.
Himne yang bagus dan liriknya benar serta memiliki tune (Hymn Tune;Pada ilmu
Hymnology) yang dapat beradaptasi dengan jaman, tidak akan ditinggalkan. Serta himne
pun juga merupakan gabungan dari unsur musik,
sastra,
dan theologi (pengajaran Alkitab). Contoh lagu himne yang masih bertahan: “What a Friend We
Have In Jesus”. Buktinya kita masih dapat mendengar aransemen barunya yaitu lagu
himne yang lama dipadukan dengan style lagu kontemporer, bahkan saya memiliki
yang diaransemen menjadi sebuah musik jazz. Karena himne lama akan menjadi
sebuah lagu yang baru asalkan kebenaran teologi masih mampu menjadi bahasa
komunikatif antara generasi muda dengan Tuhan. Tetapi saya juga tetap
memberikan kewaspadaan terhadap setiap aransemen yang ada karena takutnya fokus
jemaat tidak mengarah lagi kepada lirik atau teks lagu tetapi kepada aransemen
musiknya, yang memang dapat menghiburkan telinga dan hati jemaat dan hal ini
sangat riskan sekali. Jadi kita tetap harus berhati-hati di dalam mengaransemen
sebuah lagu terlebih lagi terhadap lagu himne.
Saran
saya bagi rekan-rekan sekalian yang memang ingin menciptakan sebuah lagu baru,
contohlah dari lagu-lagu Himne yang hingga saat ini masih tetap bertahan,
janganlah mencontoh lagu kontemporer yang memang terbukti umurnya tidak akan
panjang. Menurut Karl Edmund Prier SJ (Societas Jesu), lagu gereja harus dibuat
sungguh-sungguh sehingga dapat digunakan untuk membantu umat berdoa. Ia
prihatin melihat perkembangan lagu-lagu baru. Ia juga mengamati bahwa kini
banyak pencipta lagu rohani yang terpengaruh dengan budaya lagu-lagu pop di
televisi sehingga mereka membuat lagu gereja yang ngepop dan mereka merasa
bahwa lagu-lagu tersebut sesuai dengan selera anak-anak muda. Saya setuju
dengan pendapat Karl bahwa pencipta lagu harus menyadari bahwa jemaat pergi ke
gereja untuk mencari jawaban dari Tuhan atas segala permasalahan di hidupnya
dan kondisi itu sangatlah berbeda pada saat seseorang duduk di depan televisi
dengan motivasi mencari hiburan, maka lagu gereja yang baik harus
mempertimbangkan lirik dan nada yang dapat membantu umat berdoa.
Demikianlah hal yang dapat saya tuliskan, memang
sangatlah banyak yang bisa dibicarakan mengenai musik di dalam gereja. Kiranya melalui tulisan ini dapat membuka dan menambahkan wawasan, terlebih lagi dapat memperbaiki bahkan merubah pemikiran
kita di dalam mengaransemen sebuah lagu rohani. Terus berkarya di dalam Tuhan
melalui musik yang kita miliki di dalam diri kita masing-masing. TuhanYesus memberkati.
“Jangan membuat setiap jemaat mengetukkan kaki atau tangannya tetapi
berilah ketukan kepada setiap hati jemaat agar mereka dapat lebih dekat kepada
Tuhan melalui sebuah lagu yang kau mainkan.”
(Welly W.)